♥ Bahasa dan Sastra Indonesia adalah hidupku || Hidupku adalah pilihanku || Jangan menyerah atas impianmu, impian memberimu tujuan hidup. Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagiaan, kebahagiaanlah kunci sukses || Politik dan Entertain adalah hidupku, yang harus kuakhiri dengan manis || Oleh karena itu, aku di sini akan memulai untuk bercerita ♥
Minggu, 18 Mei 2014
Himalaya Part 2
Hey bro, Apa gunung paling tertinggi di dunia? Tentu kita akan
menjawab dengan sangat meyakinkan yaitu Everest, yang ada di pegunungan
Himalaya. Tapi jika ditanya 25 gunung paling tinggi yang ada di dunia,
yuk mari kita lihat siapa aja pemenangnya….kali2 aja bagi dikau yang
lagi duduk manis di sekolah ditanya sama gurunya…
Kan bisa jawab….
Kan bisa jawab….
- Everest, pegunungan Himalaya, Nepal/Tibet, 29,035 ft / 8,850 m.
- K2 (Godwin Austen), pegunungan Karakoram, Pakistan/Cina, 28,250 ft / 8,611 m.
- Kangchenjunga, pegunungan Himalaya, India/Nepal, 28,169 ft / 8,586 m.
- Lhotse I, pegunungan Himalaya, Nepal/Tibet, 27,940 ft / 8,516 m.
- Makalu I, pegunungan Himalaya, Nepal/Tibet, 27,766 ft / 8,463 m.
- Cho Oyu, pegunungan Himalaya, Nepal/Tibet, 26,864 ft / 8,188 m.
- Dhaulagiri, pegunungan Himalaya, Nepal, 26,795 ft / 8,167 m.
- Manaslu I, pegunungan Himalaya, Nepal, 26,781 ft / 8,163 m.
- Nanga Parbat, pegunungan Himalaya, Pakistan, 26,660 ft / 8,125 m.
- Annapurna, pegunungan Himalaya, Nepal, 26,545 ft / 8,091 m.
- Gasherbrum I, pegunungan Karakoram, Pakistan/Cina, 26,470 ft / 8,068 m.
- Puncak Broad, pegunungan Karakoram, Pakistan/Cina, 26,400 ft / 8,047 m.
- Gasherbrum II, pegunungan Karakoram, Pakistan/Cina, 26,360 ft / 8,035 m.
- Shishapangma (Gosainthan), pegunungan Himalaya, Tibet, 26,289 ft / 8,013 m.
- Annapurna II, pegunungan Himalaya, Nepal, 26,041 ft / 7,937 m.
- Gyachung Kang, pegunungan Himalaya, Nepal, 25,910 ft / 7,897 m.
- Distaghil Sar, pegunungan Karakoram, Pakistan, 25,858 ft / 7,882 m.
- Himalchuli, pegunungan Himalaya, Nepal, 25,801 ft / 7,864 m.
- Nuptse, pegunungan Himalaya, Nepal, 25,726 ft / 7,841 m.
- Nanda Devi, pegunungan Himalaya, India, 25,663 ft / 7,824 m.
- Masherbrum, pegunungan Karakoram, Kashmir, 25,660 ft / 7,821 m.
- Rakaposhi, pegunungan Karakoram, Pakistan, 25,551 ft / 7,788 m.
- Kanjut Sar, pegunungan Karakoram, Pakistan, 25,461 ft / 7,761 m.
- Kamet, pegunungan Himalaya, India/Tibet, 25,446 ft / 7,756 m.
- Namcha Barwa, pegunungan Himalaya, Tibet, 25,445 ft / 7,756 m
Bayangan Manis...
Sesosok bayang dan khayal
Buatan untaian seribu mimpi
Menempuh berbagai cerita tak berakhir
Dalam kepala mengalir bagai memori
Terbentuk berdasar indah cipta sang kuasa
Demi mereka yang tak bisa
Bukan untuk yang tak mau
Oleh karenanya takkan tersentuh
Karena biar indahnya takkan memenuhi hasrat diri
Agar tak gila mengubah arah jati diri
Meski menimbun berbagai harap tak sempurna
Entah hendak terbukti ada atau tiada
Sosoknya berbeda tiap saat tiap insan
Cermin jiwa dari hasrat indah dunia
Atau dari asa lama yang terlintas saja
Tergabung dengan inspirasi bila ia hidup nanti
Agar terpupuk indahnya
Agar tetap suci ia tak tersentuh
Hanya untuk penciptanya
Buatan untaian seribu mimpi
Menempuh berbagai cerita tak berakhir
Dalam kepala mengalir bagai memori
Terbentuk berdasar indah cipta sang kuasa
Demi mereka yang tak bisa
Bukan untuk yang tak mau
Oleh karenanya takkan tersentuh
Karena biar indahnya takkan memenuhi hasrat diri
Agar tak gila mengubah arah jati diri
Meski menimbun berbagai harap tak sempurna
Entah hendak terbukti ada atau tiada
Sosoknya berbeda tiap saat tiap insan
Cermin jiwa dari hasrat indah dunia
Atau dari asa lama yang terlintas saja
Tergabung dengan inspirasi bila ia hidup nanti
Agar terpupuk indahnya
Agar tetap suci ia tak tersentuh
Hanya untuk penciptanya
Hari Ku...
aku…
berjalan menerobos semak belukar
menelusuri hari kelam yang tertutup awan hitam
langkahkan kaki yang penuh goresan luka mengering
burung-burung terbang kembali ke sarangnya
bunga-bunga merunduk menyembunyikan keindahannya
aku…
tak ada lagi yang melihat diriku
matanya telah tertutup debu
bidadari hitam yang tersenyum pada dunia
tanpa keraguan di hatinya
mengayunkan langkahnya mendekatiku
melemparkan debu di atas deritaku
aku…
menggeliat meronta berteriak
memanggil keadilan yang tak kunjung terlihat
menanti datangnya terang yang telah lama menghilang
lelah letih diri ini
menghirup angin kepalsuan
harap yang tak jua berbalas
akankah ada segores senyum di wajahku
menutup hari yang kelam
berjalan menerobos semak belukar
menelusuri hari kelam yang tertutup awan hitam
langkahkan kaki yang penuh goresan luka mengering
burung-burung terbang kembali ke sarangnya
bunga-bunga merunduk menyembunyikan keindahannya
aku…
tak ada lagi yang melihat diriku
matanya telah tertutup debu
bidadari hitam yang tersenyum pada dunia
tanpa keraguan di hatinya
mengayunkan langkahnya mendekatiku
melemparkan debu di atas deritaku
aku…
menggeliat meronta berteriak
memanggil keadilan yang tak kunjung terlihat
menanti datangnya terang yang telah lama menghilang
lelah letih diri ini
menghirup angin kepalsuan
harap yang tak jua berbalas
akankah ada segores senyum di wajahku
menutup hari yang kelam
Minggu, 06 April 2014
Nasihat Ibu yang Tak Terlupakan
Hari semakin larut. Tapi malam ini saya
tak bisa tidur. Saya pandangi foto almarhumah ibu. Sedih rasanya
ditinggalkan olehnya. Tahun 1998, ibu dipanggil Allah. Sedih rasanya
hati ini. Penyakit hipertensi telah merenggut nyawanya.
Ditinggal ibu untuk selama-lamanya
membuat saya menangis di malam sunyi. Di depan orang-orang saya terlihat
tegar. Padahal sebenarnya saya rapuh. Sebab saya tak siap kehilangan
ibu. Saya belum berbakti penuh kepadanya. Saya belum sempat membalas
semua jasa kebaikannya.
Saya masih ingat ketika saya mau ujian
skripsi. Ibu berpuasa untuk saya. Hari itu bertepatan dengan hari ibu,
22 Desember 1994. Ibulah yang banyak mendorong saya sehingga lulus
sarjana tepat waktu. Ibu pulalah yang memberi inspirasi saya untuk
menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang banyak.
“Hidupmu harus memberi manfaat untuk orang lain”, begitulah nasehat ibu yang masih selalu saya ingat sampai saat ini.
Saya masih ingat pula ketika ibu
menemani saya belajar. Ibu selalu memberi saya nasehat agar belajar
dengan tekun. Sebab orang yang tekun pastilah akan berhasil mencapai
cita-citanya. Ibu pulalah yang selalu menyiapkan kopi atau teh manis
hangat bila saya terkantuk-kantuk dalam belajar saya.
Bila saya ujian, pastilah ibu berpuasa
untuk saya, dan karena itulah saya selalu memiliki kekuatan penuh di
saat ujian. Ibu seperti peri bidadari yang selalu membantu mewujudkan
semua impian saya.
Termasuk ujian skripsi kala itu. Saya
meminta dosen untuk menguji saya melalui ujian terbuka. Dengan demikian
akan banyak teman-teman saya melihat bagaimana ujian skripsi itu.
Kebetulan saya lulus paling dulu dari teman-teman satu angkatan. Itu
semua berkat jasa ibu. Ibulah yang selalu memberikan saya semangat untuk
maju. Ibu pulalah yang selalu memberi saya kekuatan ketika lemah dalam
menggapai cita. Ibu pulalah yang memberi saya semangat untuk mendapatkan
bea siswa. Saya bisa kuliah nyaris tanpa biaya, dan semua itu berkat
motivasi dari ibu yang terus menerus.
Kini ibu telah tiada. Tadi siang saya
kunjungi makam ibu, dan juga ayah. Ibu dan ayah dimakamkan dalam satu
lubang yang sama. Saya doakan mereka di pekuburan pondok kelapa malaka,
Jakarta Timur. Semoga mereka berada dalam surga. Semoga mereka mendapat
berkah di alam sana.
Ingin rasanya saya memeluk ibu di hari
ibu ini. Ingin rasanya saya menangis sekeras-kerasnya sambil memeluk
beliau. Bercerita tentang keganasan kehidupan kota saat ini. Bercerita
tentang tidak mudahnya menjadi orang jujur. Bercerita tentang dahsyatnya
sabar dalam kehidupan. Bercerita tentang pentingnya sholat bagi mereka
yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir. Bercerita tentang
semakin punahnya orang jujur di negeri ini.
Selamat hari ibu. Jasamu tiada tara.
Saya putar lagu lawas Uci Bing Slamet (untuk mama), dan terdengarlah bait demi bait di bawah ini:
Redup sinar matamu yang hampir padam. Karena petaka yang begitu kejam telah merenggut bahagiamu.
Namun bibirmu senyum menantang dunia yang terbentang di mata, melintasi jalan hidup yang tersisa.
Akan kupertaruhkan hidupku, dan segenap langkah citaku untuk membahagiakanmu ibu.
Doakanlah diri anakmu agar dapat penuh berbakti. Hanya untuk hidup bahagiamu ibu.
Walaupun kita tak bisa bertemu di dunia lagi, tapi suatu saat nanti kita pasti akan berjumpa kembali.
Tunggu saya ibu. Doakan anakmu mati dalam keadaan khusnul khotimah.
Senin, 24 Februari 2014
Rindu Sahabat
Dimanakah engkau berada sahabat lama yang kutunggu
Telah lama tak ada kabar darimu sahabat lama ku
Aku rindu saat-saat kita lewati panjangnya malam
Menghisap rokok nikmati kopi bicara cinta dan mati
Aku rindu semuanya
Aku rindu semuanya
Sahabatku
Aku harap kau datang menemani disini
kan ku buatkan secangkir kopi
Menunggu pagi datang bicara kehidupan
bicara tentang semuanya
Datanglah datang sahabat
Lama mencaci rusaknya dunia
Aku yakin harapan untuk kau kembali
Kau dengar lewat angin malam ini
Telah lama tak ada kabar darimu sahabat lama ku
Aku rindu saat-saat kita lewati panjangnya malam
Menghisap rokok nikmati kopi bicara cinta dan mati
Aku rindu semuanya
Aku rindu semuanya
Sahabatku
Aku harap kau datang menemani disini
kan ku buatkan secangkir kopi
Menunggu pagi datang bicara kehidupan
bicara tentang semuanya
Datanglah datang sahabat
Lama mencaci rusaknya dunia
Aku yakin harapan untuk kau kembali
Kau dengar lewat angin malam ini
Langganan:
Postingan (Atom)